Gak kerasa, udah 9 tahun lebih aku jadi content writer. Dulu, pas pertama kali terjun ke dunia ini, aku merasa semua seru banget! 

    Tapi sekarang, setelah bertahun-tahun, kalau ada pertanyaan: "Pernah gak ya kamu merasa capek nulis?"

    Pernah! Sering! 

    Bahkan, kalau bisa dihitung, mungkin capeknya udah lebih banyak daripada waktu santai yang aku punya.

    Dan pernah juga kepikiran buat berhenti. Sering banget, malah. 

    Kadang mikir, "Kenapa ya mesti nulis-nulis gini terus? Kan, capek!" 

    Tapi ya, bagaimana lagi, kan? Cari uangnya ya dari sini. Jadi, mau gak mau, mesti terus jalan.

    Jujur aja, meskipun pekerjaan ini kelihatannya keren dan bisa dilakukan dari mana aja, rasanya nggak seindah yang dibayangkan. 

    Bayangin aja, tiap hari brainstorming, riset, nulis, edit, publish, dan begitu terus. Prosesnya kelihatan simpel kalau kamu lihat sekilas, tapi coba deh lakukan itu semua tiap hari. 

    Nulis 2000 kata, setiap hari. Dan itu harus SEO friendly, loh.

    Pada awalnya, sih, menulis setiap artikel terasa fun, challenging, dan kayak ada achievement setiap kali berhasil nulis satu artikel. 

    Apalagi kalau berhasil menyelesaikan tulisan yang panjang dan punya kualitas yang oke. Rasanya kayak menang lomba. 

    Tapi coba deh kalau sudah ada target sebulan berapa artikel yang harus dipublish, dan kamu harus terus melakukan itu selama bertahun-tahun. Lama-lama, lemes juga rasanya.


    Setiap hari tuh kayak ada pressure untuk ngelarin tulisan, ada target jumlah kata yang harus tercapai, dan kadang ngerasa ide-ide mulai kehabisan. 

    Kadang, meskipun udah riset panjang lebar, tetap aja nulisnya terasa "kosong". 

    Kayak, kok nggak bisa dapetin vibe yang pas, ya? Rasanya, tiap kali mulai nulis, ada aja yang nggak sesuai harapan. Ini sih yang bikin lelah. 

    Tugas-tugas lainnya juga, selain nulis, kayak revisi, meeting, atau chat dengan klien, yang semuanya butuh perhatian ekstra.

    Dan kadang-kadang, meskipun ada banyak waktu luang, aku tetap merasa waktu itu sempit. Seperti nggak pernah cukup buat nulis, apalagi untuk diri sendiri. 

    Ada hari-hari yang penuh banget sama deadline, dan di sisi lain, ada juga saat-saat yang harus dihabiskan buat memperbaiki tulisan yang nggak berhasil tembus kualitas yang diinginkan.

    Yang lebih bikin capek lagi adalah ketika kita harus selalu update sama tren terbaru. Dunia digital itu selalu berkembang cepat. Kalau nggak cepat ngikutin, bisa-bisa tulisan kita ketinggalan zaman. 

    Itu yang juga bikin content writer harus terus belajar, riset, dan nggak boleh malas. Nggak jarang aku merasa kayak kejar-kejaran sama waktu.


    Tapi meskipun capek, ada hal-hal yang bikin aku tetap semangat. Salah satunya adalah feedback dari pembaca. Kadang, pas ada yang bilang kalau artikel yang aku buat ngebantu mereka, itu bisa jadi mood booster banget. 

    Rasanya kayak semua usaha yang aku lakukan tuh nggak sia-sia. Terus ada juga momen-momen ketika aku nulis dengan sangat lancar, dan rasanya kayak ide-ide itu mengalir begitu aja.

    Jadi, meskipun ada saat-saat capek, stres, dan pengen berhenti, aku sadar kalau setiap tulisan yang aku buat punya makna dan dampak, baik itu untuk diri sendiri ataupun orang lain. Content writing memang nggak gampang, tapi kayaknya ini udah jadi bagian dari diriku. 

    Dan, meskipun berat, aku tahu satu hal: pekerjaan ini ngasih kesempatan buat aku terus berkembang, terus belajar, dan akhirnya bisa nulis artikel-artikel yang punya nilai.


    Content writing memang pekerjaan yang sering kali bikin lelah, tapi di sisi lain juga punya kepuasan tersendiri. Kalau kamu juga merasa capek dan pengen berhenti, coba ingat lagi apa alasan kamu memilih jalan ini. 

    Jangan sampai lelah itu mengalahkan semangat kita untuk terus berkarya, karena siapa tahu, tulisan yang kamu buat hari ini bisa jadi inspirasi buat orang lain besok.